
Serang – Berdasarkan Permen No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi; tujuan pendidikan kejuruan/vokasi secara spesifik adalah untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan peserta didik untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai program kejuruannya agar dapat bekerja secara efektif dan efisien, mengembangkan keahlian dan keterampilannya, menguasai bidang keahlian dan dasar-dasar ilmu pengetahuan serta teknologi, memiliki etos kerja tinggi, berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki kemampuan dalam mengembangkan diri.
Rumusan tersebut mempunyai makna bahwa tugas pendidikan kejuruan adalah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kompetensi tinggi di bidangnya, mampu mandiri membuka usaha, mampu beradaptasi dengan cepat sesuai tuntutan teknologi, dan mampu berkompetisi.
Secara subtansial pendidikan kejuruan bertugas membentuk peserta didik agar memiliki kemampuan, wawasan, dan keterampilan di bidang industri yang baik, dan menguasai konsep-konsep engineering di industri.
Menurut Calhoun and Finch, (1976), bahwa pengertian pendidikan kejuruan dikembangkan dari terjemahan konsep vocational education (pendidikan vokasi) dan occupational education (pendidikan keduniakerjaan), yang berarti suatu program pendidikan yang secara langsung dihubungkan dengan persiapan seseorang untuk memasuki dunia kerja, atau untuk persiapan tambahan yang diperlukan dalam suatu karir.
Selain itu, menurut Finch dan Crunkilton, (1979), pendidikan kejuruan diartikan sebagai pendidikan yang memberikan bekal kepada peserta didik agar dapat bekerja guna menopang kehidupannya.
Itulah definisi vokasi, teman-teman bisa menyimpulkannya sendiri yah …
Menurut Wardiman (1998) karakteristik pendidikan vokasi memiliki ciri:
1) diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja,
2) diadasarkan atas “demand-driven” (kebutuhan dunia kerja),
3) ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja,
4) penilaian terhadap kesuksesan peserta didik harus pada “hands-on” atau performa dunia kerja,
5) hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci sukses pendidikan vokasi,
6) bersifat responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi,
7) lebih ditekankan pada “learning by doing” dan hands-on experience,
8) memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktik,
9) memerlukan biaya investasi dan operasional yang lebih besar daripada pendidikan umum. (FN)