energi Archives - https://veritrust.id/tag/energi/ Trusted Partner to Be Excellence Sat, 09 May 2020 03:46:35 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.7.2 https://veritrust.id/wp-content/uploads/2020/03/cropped-Veri-icon-02-32x32.png energi Archives - https://veritrust.id/tag/energi/ 32 32 241771306 Prediksi Penggunaan Energi di Beberapa Sektor Berdasarkan Data Kementerian ESDM https://veritrust.id/prediksi-penggunaan-energi-di-beberapa-sektor-berdasarkan-data-kementerian-esdm/ https://veritrust.id/prediksi-penggunaan-energi-di-beberapa-sektor-berdasarkan-data-kementerian-esdm/?noamp=mobile#comments Sat, 09 May 2020 03:46:35 +0000 https://veritrust.id/?p=2092 Serang – Pertumbuhan berbagai sektor yang menggunakan energi fosil bumi maupun EBT (enegri baru terbarukan) membuat pemerintah harus bisa memaksimalkan potensi alam yang ada. Bukan tidak mungkin, kekurangan energi fosil di Indonesia apabila tidak ditutupi akan mengganggu laju ekonomi negara ini. Berdasarkan data Kementerian ESDM, ada beberapa sektor yang sudah dipredikdi laju perkembangannya. Berikut penjelasannya. […]

The post Prediksi Penggunaan Energi di Beberapa Sektor Berdasarkan Data Kementerian ESDM appeared first on .

]]>
Serang – Pertumbuhan berbagai sektor yang menggunakan energi fosil bumi maupun EBT (enegri baru terbarukan) membuat pemerintah harus bisa memaksimalkan potensi alam yang ada. Bukan tidak mungkin, kekurangan energi fosil di Indonesia apabila tidak ditutupi akan mengganggu laju ekonomi negara ini. Berdasarkan data Kementerian ESDM, ada beberapa sektor yang sudah dipredikdi laju perkembangannya. Berikut penjelasannya.

1. Sektor Industri

Gas bumi dan batubara masih menjadi sumber energi utama di sektor industri hingga tahun 2050. Gas bumi paling banyak digunakan untuk memenuhi permintaan industri logam, pupuk (sebagai bahan baku) dan keramik. Ketiga industri tersebut mengkonsumsi sekitar 83% gas bumi dari total permintaan gas bumi di sektor industri. Sedangkan batubara sebagian besar (90%) dikonsumsi oleh industri semen.

EBT terutama dimanfaatkan untuk industri makanan dan kertas. Beberapa industri makanan masih menggunakan biomasa sebagai bahan bakar, sementara industri kertas menggunakan energi terbarukan seperti cangkang kelapa sawit, jerami padi, biogas dan black liquor (lindi hitam) sebagai pengganti batubara. Tren permintaan EBT pada industri makanan akan turun sejalan dengan berkurangnya pemanfaatan biomasa, namun trennya diproyeksikan meningkat pada industri kertas.

Pada tahun 2050 permintaan energi di sektor industri akan mencapai 230,9 MTOE (BaU), 194,3 MTOE (PB) dan 157,7 MTOE (RK).

Terdapat 6 (enam) sub sektor industri yang lahap mengkonsumsi energi yaitu industri semen, logam, makanan dan minuman, pupuk, keramik serta kertas. Total permintaan energi pada ke enam industri ini akan mencapai 87% dari total pemakaian energi di sektor industri.

2. Sektor Transportasi

Bensin, solar, gas, avtur, avgas, biodiesel dan bioetanol serta listrik merupakan jenis energi yang dikonsumsi pada sektor transportasi. Pada tahun 2018, permintaan energi terbanyak di sektor transportasi adalah BBM (96%) dan sisanya dipasok oleh biodiesel dan gas bumi. Untuk mengurangi pemakaian BBM pada sektor transportasi yang sebagian besar pasokannya diperoleh melalui impor, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan substitusi BBM dengan BBN melalui penerapan mandatori BBN, namun realisasinya saat ini baru dapat diterapkan untuk B-20 (pencampuran biodiesel sebesar 20% dalam solar).

Kebijakan lain di sektor transportasi adalah substitusi BBM dengan gas bumi dan listrik, namun penerapannya belum berjalan seperti yang diharapkan. Dengan demikian, pada skenario BaU dan skenario PB pangsa permintaan minyak sampai tahun 2050 masih tinggi. Namun pada skenario RK pangsa permintaan minyak di tahun 2050 akan menurun akibat diterapkannya pencampuran biodiesel sebesar 100% (green diesel) dan bioetanol sebesar 85%. Dengan demikian, pangsa permintaan minyak pada skenario RK pada tahun 2050 akan menjadi 37% dan pangsa permintaan EBT meningkat menjadi 62%.

Penggunaan mobil listrik pada ketiga skenario ini belum terlalu berpengaruh terhadap permintaan listrik, hal ini terjadi karena jumlah kendaraan listrik yang diasumsikan sangat kecil dibandingkan kendaraan konvensional.

Pada tahun 2018, pangsa permintaan energi terbesar di sektor transportasi adalah sepeda motor (41%), hal ini dipengaruhi oleh jumlah sepeda motor sudah mencapai lebih dari 118 juta unit. Pada tahun 2050 diproyeksikan perbandingan jumlah motor di setiap rumah tangga trendnya hampir sama dengan trend saat ini yaitu setiap 1 rumah tangga mempunyai 2 motor, sehingga pangsa permintaan energi untuk sepeda motor menurun sejalan dengan beralihnya penumpang ke transportasi masal (MRT, LRT, KRL). Secara absolut terdapat penambahan konsumsi energi angkutan masal dari 11,5 MTOE di 2025 menjadi 41,3 MTOE pada 2050 (BaU); 11,1 MTOE di 2025 menjadi 41,0 MTOE pada 2050 (PB); dan 11,0 MTOE di 2025 menjadi 47,2 MTOE pada 2050 (RK). Walaupun demikian, jumlah sepeda motor masih cukup tinggi karena masih menjadi andalan sebagai sarana transportasi terutama di kotakota besar dengan pertimbangan waktu tempuh lebih cepat dibanding kendaraan lainnya.

Pada semua skenario permintaan energi untuk angkutan udara mengalami pertumbuhan tertinggi sepanjang periode proyeksi dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6%, sehingga permintaan avtur naik dari 4,5 MTOE pada tahun 2018 menjadi sekitar 27,6 MTOE di 2050. Kondisi ini didorong oleh naiknya tingkat kesejahteraan masyarakat dan pesatnya pertumbuhan di sektor wisata yang mendorong masyarakat untuk berpergian.

Sementara itu, permintaan energi untuk kendaraan truk sepanjang periode proyeksi masih mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar 5% untuk semua skenario sehingga pangsa permintaan energinya masih cukup besar hingga tahun 2050 yaitu sekitar 43%, terbesar diantara jenis kendaraan lainnya. Tren ekonomi digital dan meningkatnya aktivitas transaksi online (e-commerce) menjadi pendorong kenaikan permintaan energi pada truk mengingat lalu lintas distribusi barang umumnya menggunakan truk.

Untuk moda transportasi mobil penumpang, walau terdapat tren kenaikan permintaan energi, namun pertumbuhannya mampu diredam oleh pemanfaatan teknologi yang lebih hemat sehingga permintaan energi pada tahun 2050 naik dari 6,7 MTOE tahun 2018 menjadi menjadi 23,7 MTOE pada skenario BaU dan 21,1 MTOE pada skenario PB serta 20,9 MTOE pada skenario RK.

3. Sektor Rumah Tangga

Permintaan energi sektor rumah tangga terutama dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah rumah tangga yang mencapai 70,6 juta pada tahun 2025 dan sekitar 80 juta pada tahun 2050. Selain itu, tingkat urbanisasi juga mendorong naiknya permintaan energi ke depan. Berdasarkan proyeksi BPS, tingkat urbanisasi pada tahun 2035 akan mencapai 67% naik dari tahun 2010 yang hanya 49,8%.

Permintaan energi di sektor rumah tangga pada tahun 2050 akan mencapai 120 MTOE (BaU), 109 MTOE (PB) dan 94,7 MTOE (RK). Jenis energi yang dominan digunakan di sektor rumah tangga pada tahun 2050 adalah listrik. Pangsa permintaan listrik naik dari 60% pada tahun 2018 menjadi 90% pada tahun 2050. Naiknya permintaan listrik didorong oleh meningkatnya penggunaan alatalat elektronik di rumah tangga seperti AC, refrigrator (kulkas), mesin pompa air, termasuk kompor listrik induksi. Sementara permintaan LPG pada skenario BaU, PB dan RK pada tahun 2050 akan mencapai 4,8 MTOE, 4,3 MTOE dan 3,4 MTOE dengan adanya program substitusi LPG ke jargas, kompor listrik induksi dan DME.

Program pembangunan jargas untuk rumah tangga sesuai dengan RUEN akan mencapai 4,7 juta SR sehingga digunakan sebagai acuan dalam proyeksi permintaan gas bumi. Untuk mencapai target pembangunan jargas dalam RUEN pada tahun 2025, maka diperlukan pembangunan jargas sekitar 1 juta SR per tahun. Pada skenario BaU diasumsikan sesuai RUEN, pada skenario PB pertumbuhannya sebesar 1 juta SR/tahun dan skenario RK pertumbuhannya lebih dari 1 juta/tahun. Berdasarkan hasil proyeksi, permintaan gas bumi pada skenario BaU, PB dan RK pada tahun 2050 akan mencapai masing-masing 2,2 MTOE, 3,4 MTOE dan 4,5 MTOE.

Substitusi minyak tanah ke LPG juga masih dimasukkan sebagai asumsi dalam outlook ini yang diproyeksikan akan selesai pada tahun 2022.

4. Sektor Komersial

Permintaan energi di sektor komersial terdiri dari perkantoran, perhotelan, restoran, rumah sakit dan jasa lainnya. Energi yang dipergunakan di sektor komersial antara lain listrik, LPG, solar, gas, biodiesel dan DME. Permintaan energi di sektor komersial didominasi oleh listrik sekitar 60%-70%. Pemakaian listrik pada sektor komersial terutama digunakan untuk pendingin ruangan (AC), mesin pompa air dan penerangan (lampu).

Selain itu, permintaan LPG pangsanya cukup besar yaitu sekitar 22% dari total permintaan energi di sektor komersial. LPG di sektor komersial digunakan untuk memasak terutama di hotel dan restoran.

Pada tahun 2050, permintaan solar dan biodiesel pada sektor komersial yang pangsanya masing-masing sekitar 5% dan 2% digunakan untuk keperluan genset sebagai cadangan (back up) pasokan listrik.

Total permintaan energi final di sektor komersial pada tahun 2050 sebesar 47,7 MTOE (BaU), 40,5 MTOE (PB), dan 36,2 MTOE (RK).

Permintaan energi sektor komersial di semua skenario menunjukkan tren yang sama. Hampir 50% permintaan energi dikonsumsi oleh sub sektor perdagangan serta hotel-restoran. Sedangkan 50% sisanya dikonsumsi oleh sub sektor jasa sosial, jasa komunikasi, jasa keuangan dan perkantoran.

5. Sektor Lainnya

Sektor lainnya terdiri dari tiga sub sektor, yaitu pertanian, pertambangan dan konstruksi. Permintaan energi di sektor lainnya meliputi batubara, solar, biodiesel dan listrik. Batubara digunakan di sub sektor pertambangan, sementara solar dan biodiesel digunakan untuk genset sebagai cadangan pasokan listrik. Sedangkan listrik digunakan terutama untuk penerangan dan alat-alat elektronik lainnya.

Pangsa permintaan energi sektor pertambangan akan menurun dari 43% pada tahun 2018 menjadi sekitar 27% pada tahun 2050 salah satunya dipengaruhi oleh terbatasnya cadangan batubara dan mineral. Namun pangsa permintaan energi di sektor konstruksi justru akan naik dari 26% pada tahun 2018 menjadi sekitar 42% tahun 2050 dipengaruhi oleh meningkatnya populasi dan pertumbuhan ekonomi. Total permintaan energi final di sektor lainnya pada tahun 2050 sebesar 3,9 MTOE (BaU), 4,3 MTOE (PB), dan 4,6 MTOE (RK). (FN)

The post Prediksi Penggunaan Energi di Beberapa Sektor Berdasarkan Data Kementerian ESDM appeared first on .

]]>
https://veritrust.id/prediksi-penggunaan-energi-di-beberapa-sektor-berdasarkan-data-kementerian-esdm/feed/ 1 2092
Prediksi Permintaan Energi untuk Indonesia di Masa Depan https://veritrust.id/prediksi-permintaan-energi-untuk-indonesia-di-masa-depan/ https://veritrust.id/prediksi-permintaan-energi-untuk-indonesia-di-masa-depan/?noamp=mobile#respond Sat, 09 May 2020 03:07:47 +0000 https://veritrust.id/?p=2084 Serang – Berdasarkan data kementerian ESDM proyeksi permintaan energi 2019-2050 diperoleh melalui perhitungan intensitas dan aktivitas per jenis energi pada setiap sektor dengan menggunakan data dasar tahun 2018. Tren peningkatan dan penurunan energi masing-masing skenario dihitung berdasarkan asumsi-asumsi. Permintaan energi final nasional skenario BaU, PB dan RK akan meningkat dengan rata-rata pertumbuhan per tahun masing-masing […]

The post Prediksi Permintaan Energi untuk Indonesia di Masa Depan appeared first on .

]]>
Serang – Berdasarkan data kementerian ESDM proyeksi permintaan energi 2019-2050 diperoleh melalui perhitungan intensitas dan aktivitas per jenis energi pada setiap sektor dengan menggunakan data dasar tahun 2018. Tren peningkatan dan penurunan energi masing-masing skenario dihitung berdasarkan asumsi-asumsi.

Permintaan energi final nasional skenario BaU, PB dan RK akan meningkat dengan rata-rata pertumbuhan per tahun masing-masing 5,0%, 4,7% dan 4,3% sehingga permintaannya pada tahun 2050 masing-masing akan mencapai 548,8 MTOE, 481,1 MTOE dan 424,2 MTOE.

Penghematan permintaan energi final skenario PB terhadap BaU pada tahun 2050 sebesar 12%, sementara penghematan permintaan energi final skenario RK terhadap BaU pada tahun 2050 sebesar 23%.

Permintaan energi final hingga tahun 2050 masih akan didominasi oleh sektor industri dan transportasi sebagaimana kondisi pada tahun 2018. Peningkatan aktivitas industri dan aktivitas kendaraan bermotor memberikan kontribusi yang cukup besar pada peningkatan permintaan energi di kedua sektor tersebut.

Permintaan di sektor industri diproyeksikan sejalan dengan proyeksi pertumbuhan industri pada “Visi Indonesia 2045” sedangkan permintaan energi di sektor transportasi dipengaruhi oleh pertumbuhan kendaraan bermotor, program substitusi kendaraan konvensional (BBM) ke kendaraan listrik, program mandatori biodiesel dan bioetanol serta beralihnya kendaraan pribadi ke kendaraan masal.

Pada tahun 2050, sektor industri akan lebih mendominasi dibandingkan sektor lainnya sehingga pangsanya menjadi 42% pada skenario BaU, 40% pada skenario PB dan 37% pada skenario RK. Permintaan energi terbesar setelah industri adalah sektor transportasi, sektor rumah tangga, sektor komersial dan sektor lainnya .

Permintaan energi final berdasarkan jenis energi menunjukkan bahwa pada tahun 2050 permintaan listrik akan lebih dominan masing-masing sebesar 35% (BaU), 34% (PB) dan 33% (RK). Tingginya permintaan listrik dipengaruhi oleh meningkatnya penggunaan alat elektronik terutama di sektor rumah tangga serta substitusi penggunaan genset pada sektor industri dan komersial yang berbahan bakar minyak ke penggunaan listrik on grid. (FN)

The post Prediksi Permintaan Energi untuk Indonesia di Masa Depan appeared first on .

]]>
https://veritrust.id/prediksi-permintaan-energi-untuk-indonesia-di-masa-depan/feed/ 0 2084
Potensi Energi Baru dan Energi Terbarukan https://veritrust.id/potensi-energi-baru-dan-energi-terbarukan/ https://veritrust.id/potensi-energi-baru-dan-energi-terbarukan/?noamp=mobile#respond Tue, 05 May 2020 03:43:20 +0000 https://veritrust.id/?p=2074 Serang – Berkurangnya produksi energi fosil terutama minyak bumi serta komitmen global dalam pengurangan emisi gas rumah kaca, mendorong Pemerintah untuk meningkatkan peran energi baru dan terbarukan secara terus menerus sebagai bagian dalam menjaga ketahanan dan kemandirian energi. Dari data kementerian ESDM sesuai PP No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, target bauran energi […]

The post Potensi Energi Baru dan Energi Terbarukan appeared first on .

]]>
Serang – Berkurangnya produksi energi fosil terutama minyak bumi serta komitmen global dalam pengurangan emisi gas rumah kaca, mendorong Pemerintah untuk meningkatkan peran energi baru dan terbarukan secara terus menerus sebagai bagian dalam menjaga ketahanan dan kemandirian energi.

Dari data kementerian ESDM sesuai PP No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, target bauran energi baru dan terbarukan pada tahun 2025 paling sedikit 23% dan 31% pada tahun 2050. Indonesia mempunyai potensi energi baru terbarukan yang cukup besar untuk mencapai target bauran energi primer tersebut.

Total potensi energi terbarukan ekuivalen 442 GW digunakan untuk pembangkit listrik, sedangkan BBN dan Biogas sebesar 200 ribu Bph digunakan untuk keperluan bahan bakar pada sektor transportasi, rumah tangga, komersial dan industri. Pemanfaatan EBT untuk pembangkit listrik tahun 2018 sebesar 8,8 GW atau 14% dari total kapasitas pembangkit listrik (fosil dan non fosil) yaitu sebesar 64,5 GW.

Minimnya pemanfaatan EBT untuk ketenagalistrikan disebabkan masih relatif tingginya harga produksi pembangkit berbasis EBT, sehingga sulit bersaing dengan pembangkit fosil terutama batubara.

Selain itu, kurangnya dukungan industri dalam negeri terkait komponen pembangkit energi terbarukan serta masih sulitnya mendapatkan pendanaan berbunga rendah, juga menjadi penyebab terhambatnya pengembangan energi terbarukan.

Pemanfaatan EBT pada sektor transportasi terutama biodiesel mulai berkembang cepat sejalan dengan pelaksanaan kebijakan mandatori BBN yang mengamanatkan campuran BBN ke BBM sebesar 20% (B20) pada sektor transportasi. (FN)

The post Potensi Energi Baru dan Energi Terbarukan appeared first on .

]]>
https://veritrust.id/potensi-energi-baru-dan-energi-terbarukan/feed/ 0 2074
Yuk Kita Lihat Penggunaan Energi di Indonesia saat ini https://veritrust.id/yuk-kita-lihat-penggunaan-energi-di-indonesia-saat-ini/ https://veritrust.id/yuk-kita-lihat-penggunaan-energi-di-indonesia-saat-ini/?noamp=mobile#respond Mon, 04 May 2020 04:21:45 +0000 https://veritrust.id/?p=2069 Serang – Energi merupakan hal paling dibutuhkan saat ini oleh semua negara terutama negara berkembang seperti Indonesia. Konsumsi energi yang banyak di Indonesia membuat pemerintah harus berusaha mencari solusi dari setiap permasalahannya. Saat ini, admin akan bahas energi fosil yang digunakan di Indonesia. Berikut datanya. Diambil dari data kementerian ESDM, pada tahun 2018, total produksi […]

The post Yuk Kita Lihat Penggunaan Energi di Indonesia saat ini appeared first on .

]]>
Serang – Energi merupakan hal paling dibutuhkan saat ini oleh semua negara terutama negara berkembang seperti Indonesia. Konsumsi energi yang banyak di Indonesia membuat pemerintah harus berusaha mencari solusi dari setiap permasalahannya. Saat ini, admin akan bahas energi fosil yang digunakan di Indonesia. Berikut datanya.

Diambil dari data kementerian ESDM, pada tahun 2018, total produksi energi primer yang terdiri dari minyak bumi, gas bumi, batubara, dan energi terbarukan mencapai 411,6 MTOE. Sebesar 64% atau 261,4 MTOE dari total produksi tersebut diekspor terutama batubara dan LNG.

Selain itu, Indonesia juga melakukan impor energi terutama minyak mentah dan produk BBM sebesar 43,2 MTOE serta sejumlah kecil batubara kalori tinggi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sektor industri. Total konsumsi energi final (tanpa biomasa tradisional) tahun 2018 sekitar 114 MTOE terdiri dari sektor transportasi 40%, kemudian industri 36%, rumah tangga 16%, komersial dan sektor lainnya masing-masing 6% dan 2%.

1. Minyak Bumi

Produksi minyak bumi selama 10 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan menurun, dari 346 juta barel (949 ribu bph) pada tahun 2009 menjadi sekitar 283 juta barel (778 ribu bph) di tahun 2018.

Penurunan produksi tersebut disebabkan oleh sumur-sumur produksi utama minyak bumi yang umumnya sudah tua, sementara produksi sumur baru relatif masih terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan kilang, Indonesia mengimpor minyak bumi terutama dari Timur Tengah sehingga ketergantungan terhadap impor mencapai sekitar 35% .

Untuk mendorong minat investor menanamkan modalnya di sektor hulu migas, pada akhir tahun 2015, Pemerintah melakukan revisi Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2010 menjadi PP No. 27 Tahun 2017 tentang Biaya Operasi yang dapat dikembalikan (cost recovery) dan Perlakuan Pajak di Bidang Usaha Hulu Migas. Revisi PP tersebut dimaksudkan agar industri hulu migas menjadi lebih menarik dengan semakin ketatnya kompetisi produsen minyak dunia, melalui pengurangan fasilitas perpajakan pada masa eksplorasi dan ekploitasi seperti pembebasan bea masuk, PPN dan PPh 22.

Selain itu, Pemerintah juga telah mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM No. 8 Tahun 2017 tentang kontrak bagi hasil gross split, yang merupakan skema baru dalam kontrak hulu migas. Melalui skema baru ini, modal dan resiko kegiatan hulu migas sepenuhnya ditanggung kontraktor.

Sampai bulan Februari 2019 sudah ada 40 kontrak baru yang menggunakan skema gross split yang terdiri dari blok hasil lelang sebanyak 14 blok, terminasi 21 blok dan amandemen sebanyak 5 blok. Selain itu, kebijakan gross split didukung pula oleh PP No. 53 Tahun 2017 tentang Perpajakan PSC Gross Split yang menghilangkan pengenaan pajak dari tahap eksplorasi hingga produksi di tahun pertama.

Di sisi permintaan, kebutuhan BBM termasuk biodiesel dalam negeri pada tahun 2018 mencapai 465,7 juta barel/tahun yang dipenuhi dari produksi kilang dalam negeri dan impor. Produksi BBM dari kilang dalam negeri rata-rata sebesar 278,1 juta barel dan impor rata-rata sekitar 165,4 juta barel

2. Gas Bumi

Pada tahun 2018 produksi gas bumi 2,9 juta MMSCF yang digunakan terutama untuk memenuhi konsumsi dalam negeri di sektor industri feed stock dan atau energi, pembangkit listrik, gas kota (rumah tangga dan komersial) serta gas lift sebesar 1,7 juta MMSCF.

Selain itu, gas bumi juga dijadikan sebagai komoditas ekspor dalam bentuk LNG dan gas pipa sebesar 1,2 juta MMSCF. Persentase ekspor (melalui pipa maupun LNG) terhadap total produksi gas bumi menurun dari 50% pada tahun 2009 menjadi 40% pada tahun 2018.

Energi primer gas bumi juga mencakup kebutuhan LPG yang dipenuhi dari produksi kilang LPG dan impor LPG. Pada tahun 2018, konsumsi LPG mencapai 7,5 juta ton yang dipenuhi dari produksi LPG dalam negeri sebesar 2 juta ton (26%) dan impor 5,5 juta ton (74%).

Suksesnya program konversi minyak tanah ke LPG menyebabkan konsumsi LPG terus meningkat, sementara penyediaan LPG dari kilang LPG dan kilang minyak di dalam negeri terbatas. Naiknya konsumsi LPG khususnya LPG 3 kg yang masih disubsidi perlu diantisipasi Pemerintah mengingat banyaknya penggunaan LPG 3 kg yang tidak tepat sasaran.

Untuk mengurangi volume impor LPG yang terus meningkat, saat ini Pemerintah sedang merencanakan program substitusi LPG dengan DME (Dimethyl Ether) yang berasal dari batubara dan substitusi LPG dengan kompor listrik induksi.

3. Batubara

Produksi batubara Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, terutama untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (pembangkit listrik dan industri) dan permintaan luar negeri (ekspor).

Perkembangan produksi batubara periode tahun 2009-2018 mengalami peningkatan yang cukup besar, dengan capaian produksi pada tahun 2018 sebesar 557 juta ton.

Dari total produksi tersebut, porsi ekspor batubara mencapai 357 juta ton (63%) dan sebagian besar digunakan untuk memenuhi permintaan China dan India. Tingginya angka ekspor batubara Indonesia menjadikan Indonesia sebagai salah satu eksportir batubara terbesar di dunia selain Australia.

Sementara itu konsumsi batubara dalam negeri mencapai 115 juta ton atau lebih kecil dari target konsumsi batubara domestik sebesar 121 juta ton. Salah satu faktor yang menyebabkan lebih rendahnya realisasi konsumsi batubara adalah pengoperasian beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) program 35.000 MW tidak sesuai dengan rencana dan terdapat beberapa kegiatan industri yang mengalami penurunan. (FN)

The post Yuk Kita Lihat Penggunaan Energi di Indonesia saat ini appeared first on .

]]>
https://veritrust.id/yuk-kita-lihat-penggunaan-energi-di-indonesia-saat-ini/feed/ 0 2069